Kantor Keuchik Di Desa Kabong, Kecamatan Krueng Sabee, Kabupaten Aceh Jaya
Tambak Udang Ini Merupakan Salah Satu Aset Desa Kabong Yang Dikelola Oleh BUMG
Kelapa Sawit Ini Termasuk Juga Salah Satu Aset Yang Ada Di Desa Kabong
Bibit jagung yang dibeli, ditanam, dan hasilnya akan dipasarkan
Pohon Kurma Yang Berada Di Desa Kabong Merupakan Aset Pribadi
Pada masa ketika Daerah Aceh masih berbentuk kerajaan, sistem pemerintahan kerajaan dipimpin secara turun-temurun. Pada saat itu, Raja Aceh melakukan perjalanan keliling Aceh dari Kuta Raja menuju desa-desa untuk memahami wilayah kekuasaannya. Ketika Raja sampai di daerah Gampong Kabong, beliau melihat banyak genangan air di area persawahan sepanjang jalan, mulai dari lereng Gunung Kabong hingga ke penghujung Simpo di daerah sawah yang terletak di sebelah utara.
Genangan air ini dalam bahasa Aceh disebut “Ie Ka Meubong-bong”. Karena susah diucapkan dua kali, kata “ka meubong-bong” kemudian disingkat menjadi “Kabong”. Sejak saat itu, daerah ini diberi nama “Gampong Kabong”.Selanjutnya, air yang membong-bong tersebut dialirkan ke laut setelah digali sungai oleh orang Kerinci sebagai pekerja pada masa itu. Cerita ini disampaikan oleh Al-marhum Tgk. H. Sabi, mantan Imam Mesjid yang lahir pada tahun 1917 Hijriah dan meninggal pada tahun 1997 Hijriah. Beliau menceritakan kisah ini kepada keponakannya, M. Nasir Umar, yang juga merupakan salah satu tokoh masyarakat saat ini.